Alamat Sekretariat

Alamat Sekretariat :
SD Negeri Lambangan Wetan
Jln.Sulang-Sumber KM. 3,3 Lambangan Wetan Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang 59255

Jumat, 09 Agustus 2013

Pendidikan Berorientasi Karakter Bangsa

Salam hangat dan tetap semangat wahai sahabat guru,


Jika kita mau jujur dan melihat dengan mata dan hati kita apa yang telah terjadi di sekitar kita tutur kata dan sikap perilaku tokoh atau masyarakat kita saat ini lebih banyak mencerminkan sikap perilaku yang jauh dari prinsip-prinsip moral universal maupun tradisional bangsa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan mudah menemukan contoh buruk seperti perilaku yang jauh dari tertib, tidak tepat waktu/kurang disiplin, tindak kekerasan hingga munculnya kasus-kasus asusila baik yang dilakukan oleh generasi muda hingga figur publik mulai dari artis, politisi sampai pejabat negara.
Kualitas karakter yang memprihatinkan tersebut pada akhirnya memicu munculnya ide perlunya pendidikan karakter secara khusus dalam Sistem Pendidikan Nasional. Meski harus diakui bahwa Pendidikan Karakter memiliki tantangan yang lebih rumit dan sulit. Hal ini karena berhasil dan tidaknya pendidikan karakter hanya dapat dilihat dari perkembangan kualitas karakter suatu masyarakat pada beberapa puluh tahun yang akan datang. Maka kegagalannya akan mengakibatkan sia-sianya waktu beberapa puluh tahun yang terlewati sekaligus harus mengulang lagi dari awal untuk beberapa puluh tahun ke depan. 

Secara substansi, kesadaran pendidikan karakter bukanlah hal baru di Indonesia. Hanya istilahnya saja yang berbeda-beda. Di era Orde Baru, kita mengenal Penataran P4 (bahkan dengan sertifikat) untuk berbagai tingkatan, Pendidikan Moral Pancasila, hingga pendidikan agama. Konsep ketiganya bertujuan akhir untuk membentuk karakter bangsa Indonesia agar berkualitas. Namun sayang, konsep ini lebih menitikberatkan pada kemampuan kognitif untuk menguasai nilai-nilai moral. Akibatnya, materi yang didapat hanya berhenti sebatas pemahaman bukan kesadaran. Di sinilah pendidikan karakter telah diberlakukan sebagai studi tentang karakter.
Dari sini kita seharusnya merubah orientasi Pendidikan Karakter yang berbasis Studi tentang Karakter menjadi berbasis Pengembangan Karakter (character building). Pendidikan Karakter berbasis Pengembangan Karakter tidak saja mengajarkan nilai-nilai moral sebagai ilmu pengetahuan yang dihafal untuk kepentingan ujian tertulis namun lebih dari itu juga sebagai pembentukan kepribadian sehingga ukuran terpenting keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya perubahan mendasar karakter masyarakat ke arah yang lebih baik.
Maka menarik menilik pendapat Nursalam Sirajuddin ( http://metronews.fajar.co.id/ ), seorang praktisi pendidikan, bahwa keberhasilan pendidikan karakter dapat dicapai melalui 3 desain.

Yang pertama adalah desain berbasis kelas
Di mana hubungan antara guru dan siswa harus merupakan perwujudan dari prinsip-prinsip yang diajarkan di kelas. Sebaik apapun prinsip yang diajarkan di kelas jika guru gagal memberi contoh melalui perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan siswa maka besar juga potensi kegagalan pendidikan karakter pada siswa-siswanya.

Kedua adalah desain berbasis kultur sekolah
Yaitu penting dilakukannya penguatan nilai-nilai kepribadian oleh seluruh komponen sekolah sehingga melebur dan menjadi kebiasaan dalam keseharian. Kebiasaan yang tertanam secara mendalam tentu akan membentuk karakter secara kuat sehingga tidak mudah luntur oleh situasi apapun.

Ketiga adalah desain berbasis komunitas.
Secara ruang lingkup, desain ini lebih rumit karena tidak saja menjadi tanggungjawab sekolah namun telah menjadi tanggungjawab keseluruhan komponen kemasyarakatan sehingga diperlukan sinergisitas antara komponen masyarakat seperti sekolah, keluarga, tempat tinggal, pergaulan, pemerintah, dan lain-lain. Di sini keberhasilan pendidikan karakter sangat bergantung dengan komitmen dari masing-masing komponen. Jika salah satu saja melenceng dari komitmen menegakan nilai-nilai yang mendukung pendidikan karakter maka akan sia-sialah pendidikan karakter yang giat diupayakan sekolah.
Ide memunculkan pendidikan karakter oleh pemerintah sebagai bagian pembelajaran siswa sebenarnya merupakan hal yang baik dan patut disambut dengan semangat kebangsaan . Namun jangan diabaikan bahwa dalam mata pelajaran tertentu telah memuat nilai-nilai pendidikan karakter seperti pelajaran agama, Moral Pancasila, seni budaya, olah raga, dan sebagainya. Keadaan ini harus dikritisi mengingat potensi tumpang tindih yang ujung-ujungnya hanya membebani siswa dan membingungkan praktisi pendidikan (guru).
Jika pendidikan karakter dihadirkan sebagai mata pelajaran khusus, selain potensi overlapping (tumpang tindih) yang cukup besar, juga harus diperhatikan berkaitan dengan beban akademik yang berlebih. Hal ini penting menjadi catatan tebal mengingat kurikulum nasional dikenal sebagai kurikulum yang memberikan beban berat pembelajaran bagi siswa di Indonesia. Jika ini diabaikan maka tujuan ideal pendidikan karakter untuk pengembangan kepribadian anak didik kita bisa-bisa terlupakan. 

Disampaikan Oleh : Mulyono,S.Pd (Pengawas TK/SD Dabin I-Dinpendik Kec.Bulu Kab.Rembang)
dalam pertemuan pemberdayaan KKG Gugus Panglima Soedirman Kecamatan Bulu 
Kabupten  Rembang pada hari Sabtu,28 Juli 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar